Resilience in Life and Faith (Bab 7)

0
(0)

Pada bab 5 kita telah belajar menjadi tangguh melalui kehidupan Elia, dan kali ini kita akan belajar melalui kehidupan Daud, melalui penderitaan dan dari mana asal ketangguhan Daud dalam mengatasi penderitaannya. Kita mengetahui bagaimana Daud mengalami hari terburuk dalam hidupnya ketika ia dikejar dan hendak dibunuh oleh Saul. Daud sangat ketakutan dan kemudian ia menemukan tempat berlindung yaitu dengan Raja Akhis. Tetapi kemudian Daud disuruh pergi karena orang-orang Filistin takut kalau Daud mengkhianati mereka. Dan pada saat ia kembali ke tempat kediamannya, ia mendapati bahwa orang Amalek telah menyerbu mereka tanpa sisa, termasuk menawan istri-istri dan anak-anaknya.

Pada saat ia mengalami hal tersebut, hati Daud sangat terluka hingga ia menangis merasakan kepedihan dan kesakitan yang menimpanya. Bersama orang-orangnya ia mengalami trauma atas kehancuran kota mereka, dan lagi tidak mengetahui apa yang menimpa keluarga mereka. Keputusasaan dan ketakutan orang-orang ini membuat mereka marah dan Daudlah yang menjadi sasaran kemarahan mereka. Atas hal ini, Daud tidak membiarkan dukacita dan kemarahan menguasainya. Ia memilih menguatkan dirinya di dalam Tuhan, Allahnya (1Sam. 30:6) sebagai bentuk ketangguhan rohaninya. Ketangguhan yang berakar dari iman dan kerohanian yang dalam yang telah menolongnya mengelola pikiran dan perasaannya dengan cara yang bermanfaat.

Pengenalan Daud akan Allah telah membangun jalur batiniah yang membawanya kepada Allah dan memampukan dia mengendalikan emosi dan reaksi ketika berada dalam tekanan yang besar. Daud senantiasa membangun jalur rohani kepada Allah dalam cara-caranya ketika menghadapi kesulitan. Hal yang pertama dilakukannya adalah menyingkir, menarik diri untuk bersama Tuhan dan mendapatkan kembali perspektif dari sudut pandang Allah. Daud memiliki konsep Tuhan sebagai kekuatan, gunung batu, kubu pertahanan, dll (Mzm. 18:2-3). Konsep inilah yang membangun relasi antara Daud dan Tuhan yang didasari sikap jujur dan apa adanya tentang semua yang ia alami dan rasakan, yang ia nyatakan melalui doa dan pujian sebagai pernyataan iman dan teriaknya meminta pertolongan. Tetapi ia pun berkonsultasi dengan imam Abyatar untuk meminta dukungan pastoral dan wawasan rohani. Ia tidak menganggap meminta nasihat sebagai hal yang lemah tetapi sebuah hikmat bahwa ia tidak perlu menghadapi persoalan dan mencari jalan keluar sendirian. Ia pun bertumbuh dan menjadi semakin tangguh melalui kesakitan yang ia rasakan.

Peristiwa Daud mengajarkan kita bahwa dalam kesulitan yang hebat sekalipun kita tetap dapat menemukan kekuatan kita di dalam Tuhan. Dimensi rohani kita adalah hal terpenting dalam ketangguhan emosi kita, seperti halnya Daud yang tetap membangun jalur rohani bersama Allah.


Judul Buku: Tangguh dalam Kehidupan, Kuat dalam Tuhan
Penulis   : Tony Horsfall & Debbie Hawker
Penerbit  : Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2020)
Bab 7     : Ketangguhan dalam Kehidupan Daud (16 hal)

Seberapa artikel ini berguna?

Klik pada "bintang" untuk memberi nilai!

Nilai Rata² 0 / 5. Jumlah vote: 0

Belum ada vote! Jadilah yang pertama menilai.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Isikan dengan ANGKA *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.

eBook Rekomendasi

Situs Rekomendasi





Komentar