Sebagian besar orang Kristen pasti mengenal Paulus dan kehidupannya yang sarat dengan penderitaan. Sejak ia mengalami pertobatan dari Allah, ia mengabdikan dirinya bagi orang non-Yahudi. Dalam perjalanannya itu, ia banyak mengalami kesukaran dan pencobaan yang sering kali melemahkan fisik dan imannya. Tetapi penghiburan dan kekuatan dari Allah menguatkan dia, memberikan ketangguhan sehingga ia mampu menghadapi penderitaannya. Melalui Paulus, kita akan belajar bagaimana menemukan kekuatan di dalam kelemahan kita.
Dalam Kisah Para Rasul dituliskan bagaimana perjalanan Paulus yang kemudian mengalami titik paling rapuh dalam hidupnya tentang harga yang harus ia bayar dalam pelayanannya. Ia menyebut dirinya sebagai bejana tanah liat yang berarti bahwa ia sepenuhnya adalah manusia dengan segala kelemahan manusia. Ia ditindas, dianiaya, bahkan maut giat di dalam dirinya. Ia merasa kelelahan, sakit, kebingungan, kecewa dan putus asa. Paulus menyebut bahwa ada suatu duri dalam dagingnya, yaitu seorang utusan iblis, untuk terus menggocoh dia (2Kor. 12:7). Tetapi dalam kesemuanya itu, Paulus berproses sehingga ia mampu menghadapi setiap penderitaan yang ia alami.
Paulus menyadari kelemahannya sebagai manusia di hadapan Tuhan, namun ia tidak pernah menyerah, tahan banting dan berani mengambil risiko. Ia percaya bahwa semua kelemahan di dalam dirinya bukan halangan bagi kuasa Tuhan yang melampaui segala sesuatu untuk bekerja dalam dirinya sampai akhir pertandingannya. Paulus menyebut bahwa Allah adalah sumber penghiburan dalam berbagai macam penderitaan yang memampukan dia untuk memberikan penghiburan bagi orang lain yang berada dalam berbagai macam penderitaan (2Kor. 1:3-4). Paulus mengenyahkan segala penderitaan dan mengerahkan segala kemampuan untuk membebaskan dirinya dengan berpaling kepada Tuhan. Ia berdoa sebanyak tiga kali, hingga akhirnya dalam keadaan lelah dan bingung, Tuhan berbicara kepadanya dan memberinya pemulihan, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2Kor. 12:9). Paulus dikuatkan karena mendengar suara Tuhan dan mengalami kuasa Tuhan.
Sama seperti Paulus, kita pun adalah sebuah bejana tanah liat. Tetapi anugerah Allah yang melampaui keterbatasan manusia: menjadikan kelemahan kita sebagai sumber kekuatan kita, mengizinkan penderitaan terjadi supaya kita selalu bergantung kepada-Nya, membawa kita pada kemenangan dan menjadikan penderitaan kita sebagai sarana mengalirkan penghiburan bagi orang lain. Tuhan memiliki sebuah rencana dalam penderitaan kita untuk meningkatkan ketangguhan iman kita. Melalui Paulus kita mengetahui bahwa selemah apa pun kita, Tuhan tetap lebih besar dan Dia akan memampukan kita menanggung penderitaan dan menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepada kita.
Judul Buku: Tangguh dalam Kehidupan, Kuat dalam Tuhan Penulis : Tony Horsfall & Debbie Hawker Penerbit : Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2020) Bab 13 : Kekuatan dalam Kelemahan: Ketangguhan dalam Kehidupan Paulus (14 hal)