Resilience in Life and Faith (Bab 11)

0
(0)

Dalam pokok bahasan ini kita akan belajar bagaimana Yesus membangun ketangguhan dalam komunitas murid-murid-Nya. Yesus yang menyadari bahwa waktu kematian-Nya sudah dekat, memperlengkapi murid-murid-Nya supaya siap menghadapi rasa kehilangan serta tantangan-tantangan di masa depan setelah kepergian-Nya. Murid-murid Yesus adalah sekelompok pria yang beragam namun secara perlahan dibentuk oleh Yesus menjadi satu kesatuan yang akan melanjutkan pekerjaan yang telah Ia mulai. Para murid menyadari bahwa mereka telah dipanggil Allah untuk suatu tugas tertentu, dan keyakinan itu menangguhkan mereka dalam melaksanakan tugas panggilan tersebut.

Yesus dengan jelas menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa melanjutkan pekerjaan-Nya di dunia tidak lepas dari penderitaan. Untuk itu, Yesus membentuk para murid untuk menjadi sebuah komunitas yang saling mendukung satu sama lain dan bekerja sebagai satu tim daripada bekerja sendiri-sendiri. Yesus juga menumbuhkan semangat persahabatan di antara para murid dengan terlebih dulu mengajarkan dan menyebut para murid sebagai sahabat-Nya, bukan sekadar sebagai hamba (Yoh. 15:13-15). Ia bahkan mengambil rupa seorang hamba dan kemudian membasuh kaki para murid untuk menunjukkan bukti kasih yang sederhana dan rela berkorban. Sebagai komunitas, Yesus ingin mengajarkan kepada para murid untuk saling melayani, saling mengasihi, saling mengampuni, meminta pertolongan, dan memercayai Allah.

Keteladanan ini juga berlaku untuk kita, murid-Nya pada masa kini. Yesus menghendaki supaya kita siap dalam menghadapi segala kesulitan, menjadi bagian dari komunitas untuk bekerja bersama-sama, membangun persahabatan dalam komunitas, bersedia menerima pertolongan, saling melayani dan mengasihi, dan memercayai Allah sebagai dasar kehidupan yang tangguh.

Memercayai Tuhan berarti mengijinkan damai sejahtera Tuhan menguasai hati kita daripada menjadi gelisah dan takut. Damai sejahtera yang diberikan Allah kepada kita adalah ketenangan batin, kestabilan hati dan pikiran, dan keyakinan yang tenang bahwa segala sesuatunya terjadi untuk kebaikan. Kedamaian batiniah yang merupakan pemberian Allah kepada kita memberikan dasar yang baik untuk kehidupan yang tangguh. Kita tidak lagi bergantung pada diri kita sendiri tetapi kepada Roh Kudus, yang kita bangun melalui hubungan yang erat dengan Yesus, yang memperlengkapi dan menguatkan kita dalam melaksanakan tugas-tugas kita.

Setiap kesulitan yang kita hadapi dalam tugas-tugas kita akan semakin mendewasakan iman kita. Untuk menjadi dewasa, kita perlu belajar memberi kasih, dan untuk lebih bertumbuh lagi, kita perlu belajar menerima kasih.


Judul Buku: Tangguh dalam Kehidupan, Kuat dalam Tuhan
Penulis   : Tony Horsfall & Debbie Hawker
Penerbit  : Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2020)
Bab 11    : Komunitas Murid yang Tangguh (17 hal)

Seberapa artikel ini berguna?

Klik pada "bintang" untuk memberi nilai!

Nilai Rata² 0 / 5. Jumlah vote: 0

Belum ada vote! Jadilah yang pertama menilai.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Isikan dengan ANGKA *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.

eBook Rekomendasi

Situs Rekomendasi





Komentar