Sebuah hubungan tidak akan menjadi hubungan apabila tidak dimulai dengan saling mendengarkan perkataan dan kehidupan seseorang. Kebanyakan orang lebih tertarik dengan apa yang mereka katakan daripada apa yang orang lain katakan, lebih menarik didengarkan daripada mendengarkan.
Kita semua memahami rasanya menjadi pihak yang tidak didengarkan. Memang mendengarkan tidak mudah, tetapi kita tahu bahwa perasaan tidak didengar dan tidak dikenal/diketahui akan menumbuhkan perasaan tidak dicintai. Belajar mendengarkan dapat kita contoh dari Yesus sendiri yang adalah pendengar yang baik. Yesus meluangkan waktu untuk mendengarkan, seperti yang dikisahkan dalam Lukas, manakala ada seorang buta yang duduk mengemis di pinggir jalan dan berteriak memanggil Yesus di antara kerumunan orang. Dan Yesus mendengarkan dia.
Ada empat H atau kategori pertanyaan yang dapat dipakai dalam mendengarkan: History (Sejarah), Heart (Hati), Habits (Kebiasaan), Hurts (Sakit). Empat hal ini dapat dilatih dan dikembangkan untuk menjadi pendengar yang baik. Lalu, dari manakah mendengarkan harus kita mulai? Mulailah dengan berdoa. Ada kekuatan di dalam doa untuk mendengarkan karena kita pun belajar “mendengarkan” Tuhan di dalam doa. Kemudian tambahkan latihan B.L.E.S.S untuk lebih berorientasi pada tindakan dan mendorong Anda menemukan hal-hal baru, orang-orang baru untuk didengarkan.
Judul Buku : B.L.E.S.S. Penulis : Dave Ferguson & Jon Ferguson Penerbit : Katalis (Mei, 2024) Bab 4 : Listen (Dengarkan) (22 hal)







