Alkitab Perjanjian Baru banyak berbicara tentang Kerajaan Allah sebagai hal pertama dan utama yang diajarkan Yesus sepanjang pengajaran dan pelayanan-Nya (Mat. 13), dan juga sebagai hal yang esensial dari pengajaran para rasul setelah kenaikan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus (Kis. 1:3; 8:12; 19:8; 28:23, 31). Ada berbagai pandangan tentang Kerajaan Allah, tetapi tidak semuanya memberikan pandangan yang benar mengenai Raja dan Kerajaan-Nya. Di dalam bab ini, penulis memberikan pandangan mengenai Kerajaan Allah dalam pengertian “eskatologi inaugurasi” yang menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang ke dunia saat ini tetapi belum terealisasi sepenuhnya.
Kerajaan Allah di dalam Perjanjian Baru tidaklah merujuk pada sebuah tempat atau dalam arti kerajaan (kingdom) tetapi sebagai “kingship” (hal-hal yang berkaitan dengan ke-”raja”-an, artinya kerajaan adalah sebuah konsep yang bersifat dinamis atau relasional, bukan geografis, yang merujuk pada pemerintahan Allah atas umat tebusan-Nya. Lalu siapakah Raja dari Kerajaan tersebut? Di dalam Lukas 22:30 Yesus menyebut “Kerajaan-Ku”, berarti Yesus adalah Raja, Sang pemilik dan pemegang otoritas atas Kerajaan Anak (Allah).
Jadi, Kerajaan Allah adalah pemerintahan penebusan Allah dalam diri Anak-Nya, Yesus, yang dimanifestasikan di dalam gereja. Kerajaan adalah hasil perbuatan kehendak ilahi yang berhubungan dengan manusia dan dapat bekerja di dalam dan melalui manusia, tetapi tidak pernah tunduk pada manusia itu sendiri. Manusia bukan mendirikan, mendatangkan, bahkan membangun Kerajaan, tetapi manusia menjadi warga dan pewarta Kerajaan untuk menjadi saksi bagi Kerajaan.
Judul Buku : What is The Mission of The Church (Apa Misi Gereja?) Penulis : Kevin DeYoung & Greg Gilbert Penerbit : Katalis (2023) Bab 5 : Raja dan Kerajaan (24 hal)
