Sebagian besar kaum muda tidak merasa bahagia di dalam pekerjaan karena mereka mencari makna dan tujuan pekerjaan dengan konsep di mana mereka mencari identitas mereka di dalam pekerjaan, dan bukan di dalam Allah yang menciptakan dan menyiapkan mereka pekerjaan yang baik. Pekerjaan tidak akan pernah memuaskan kita jika kita mengharapkan pekerjaan itu memberikan hal yang berbeda dari yang dirancangkan Tuhan untuk kita, yaitu sebagai sarana untuk bekerja bersama dan menyembah Tuhan.
Pekerjaan pada akhirnya memiliki nilai tersendiri bergantung dari jenis pekerjaan itu. Misalkan saja seorang dokter, orang akan memandang pekerjaan ini sebagai pekerjaan yang amat sangat berharga. Namun, berbeda dengan karyawan hotel atau orang tua yang bekerja di rumah, orang akan memandang pekerjaan ini kurang berharga. Pekerjaan membentuk identitas kita dan seringnya menentukan seberapa besar orang akan menghargai kita, memengaruhi rasa berharga diri kita sekaligus menjadi dasar rasa aman kita. Lalu seberapa rentan identitas kita terhadap pekerjaan kita?
Identitas bukanlah sesuatu yang bisa naik turun di antara pekerjaan-pekerjaan kita. Identitas adalah sesuatu yang perlu ditetapkan di dalam sesuatu yang tetap dan tidak berubah. Identitas kita yang sejati dan tidak pernah berubah adalah bahwa kita diciptakan segambar dengan Allah (Kejadian 1:26). Di dalam Allah kita melihat sumber keberhargaan–diri kita sebagai identitas diri kita yang dikasihi sebagai anak Allah sehingga harga–diri kita bukan lagi ditentukan oleh gaji, perpuluhan, merk mobil yang kita miliki, tetapi bagaimana pekerjaan menjadi cara/sarana kita menyembah dan melayani Tuhan melalui pekerjaan kita.
Judul Buku : Workship Penulis : Kara Martin Penerbit : Katalis (2022) Bab 14 : Pekerjaan dan Identitas (9 hal)