TUJUAN PEMBERDAYAAN PAULUS
Bagi Paulus, tujuan utama kehidupan Kristen adalah untuk mencapai kedewasaan di dalam Kristus. Rasul Paulus menyesuaikan panggilan yang diberikan Yesus ketika ia membuat pernyatan misinya sendiri. Jika Anda membaca dengan cermat Kolose 1:28-29, Anda akan mendengar gema perintah Yesus untuk "pergi dan memuridkan." Paulus mengungkapkan panggilan ini pada hidupnya: “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku". Satu tujuan ini menuntut segala usaha dan kekuatan Paulus—untuk membawa semua orang pada kedewasaan di dalam Kristus. Salah satu cara untuk memahami panggilan pribadi dari Allah, ialah dengan melihat hal apa yang memberi Anda kekuatan. Dalam Kolose 1:29, Paulus berkata bahwa ia memberikan segala tenaganya untuk membawa orang menjadi dewasa dalam Kristus.
Arti kata "kedewasaan" dalam bahasa Yunani adalah telos, yang berati "akhir" atau "tujuan". Melihat kedewasaan sebagai tujuan dari kehidupan Kristen adalah indikasi bahwa Paulus memandang proses pemuridan dalam hal pemberdayaan oleh orang tua. Menjadi dewasa asalah menjadi orang dewasa sepenuhnya. Dalam gereja mula-mula, orang-orang yang dibaptis adalaj teleios (“dewasa” atau “lengkap”), sebagai lawan orang yang belum berpengalaman, yang masih dalam masa persiapan atau pengajaran sebelum dibaptis. Untuk lebih menekankan hubungan keluarga dengan kata ini, Paulus mengontraskan kedewasaan dengan bayi atau anak-anak dalam iman, Paulus mencerca jemaat Korintus "sebagai bayi dalam Kristus" yang masih minum susu ketika mereka seharusnya makan makanan keras (1Kor 3:1-2). Kemudian dalam surat yang sama, Paulus mengontraskan menjadi anak versus menjadi dewasa: "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemkiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa [teleios] dalam pemikiranmu." (1Kor 14:20). Dalam Efesus, Paulus menyatakan bahwa dewasa (teleios) telah mengalami pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sedangkan mereka yang adalah anak-anak dalam iman tidaklah stabil, dan diombang-ambingkan rupa-rupa angin pengajaran baru yang terdengar menarik (Ef 4:13-14).
Seperti yang saya nyatakan, walaupun gambaran keluarga atau orang tua mendominasi dan membentuk konsep pemuridan Paulus, ini bukan sekadar gambaran belaka. Kedewasaan adalah produk akhir yang ingin dihasilkan Paulus, tetapi Alkitab memberitahu kita sedikit hal tentang cara menuju ke sana. Paulus memnyempurnakan apa yang dimaksud dengan kedewasaan melalui mengatakan bahwa tujuan dari keberadaan kita adalah untuk menjadi "serupa dengan gambaran Anak [Allah]" (Rm 8:29).
TAHAP PERKEMBANGAN PERTAMA (BAYI): MENELADANI
Paulus menggabungkan pemahaman pengasuhannya dengan panggilan untuk jemaar Korintus agar meneladani hidupnya. Ia memandang hubungannya dengan mereka seperti seorang ayah dengan "anak yang dikasihi". Sebagai seorang ayah, ia berperan dalam kelahiran rohani banyak orang Korintus. "Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu." (1Kor 4:15). Kemudian Paulus menyimpulkan implikasi alami: "sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku." (1Kor 4:16). Pada zaman Pulus, seorang ayah diharapkan menunjukkan contoh perilaku yang sesuai dan diteladani oleh anak-anak mereka. "Pandanglah perilaku ayahmu sebagai hukum dan berusahalah untuk meneladani dan menyamai kebajikan ayahmu."
Kata meneladani di sini adalah mimeumai, dari mana kita mendapatkan kata Inggris mimic. Mimeomai digunakan di sejumlah tempat (1Kor 11:1; Flp 3:17; 1Tes 1:6-7; 2Tes 3:7,9), sering disertai kata typos, yang diterjemahkan sebagai "model" atau "pola". Dalam 1 Korintus 11:1 Paulus mengualifikasikan peringatan yang sebelumnya tidak memenuhi syarat untuk meneladani dirinya dengan menambahkan, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Dengan kata lain, perubahannya adalah untuk meneladani bukti Kristus dalam dirinya. Mengapa Paulus tidak hanya mengatakan, "Teladanilah Kristus"? Mengapa ia menempatkan dirinya di antara Kristus dan jemaat di Korintus? Ketika saya pertama kali membaca nasihat ini, saya berpikir, Paulus, bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu? Bagaimana kau bisa menjadi orang yang sesombong itu? Hanya dengan memahami cara Tuhan bekerja di dalam hidup saya sajalah, akhirnya saya menyadari bahwa Paulus mengemban teologi inkarnasi yang baik. Allah mewujudkan kehadiran-Nya. Dia datang kepada kita secara penuh dalam Yesus. Lalu Ia menempatkan hidup-Nya daam pengikut-Nya, yang menjadi refleksi dari diri-Nya. Ini adalah cara yang Allah pilih untuk bekerja—menata hidup demi hidup selanjutnya.
Teladan memiliki arti mengikuti gaya hidup orang lain. Paulus mengatakan kepada jemaat di Filipi, “saudara-saudara, ikutilah teladanku (mimeomai), dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu (typos)” (Flp 3:17). Dia menambahkan bahwa dia, bersama dengan rekan penulisnya, Timotius, berfungsi sebagai model bagi orang-orang Filipi (typos). Typos berasal dari arti kata “menyerang,” atau tanda pukulan atau kesan yang ditinggalkan. Sebuah pukulan palu pada sepotong kayu akan meninggalkan bekas lekukan. Sebuah cincin meterai yang menempel lilin panas akan meninggalkan kesan cap. Dengan kata lain, Paulus dan gaya hidup Timotius menyediakan cetakan bagi jemaat Filipi. Dua kata yang sama ini digabungkan dalam 1 Tesalonika 1:6-7 dan 2 Tesalonika 3:7, 9.
Disadur dari
Buku: Transforming Discipleship (Pemuridan yang Mengubahkan: Membuat Beberapa Murid Yang Serupa Kristus Dalam Waktu Bersamaan) hal 111-118.
Penulis: Greg Ogden
Penerbit: Literatur Perkantas Jatim
Tautan: Transforming Discipleship