Pertanyaan pertama dan penting untuk diajukan berkaitan dengan sifat dari kedewasaan: Apa yang dimaksud dengan kedewasaan Kristen? Faktanya ialah kedewasaan merupakan sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Kebanyakan kita mengalami penderitaan akibat ketidakdewasaan yang tetap hidup di dalam kita. Bahkan dalam diri seorang dewasa sekalipun, sifat kekanak-kanakan masih saja bersembunyi di satu tempat.
Di samping itu, ada beberapa jenis kedewasaan. Ada kedewasaan fisik (seseorang yang memiliki tubuh yang berkembang sehat), kedewasaan intelektual (seorang yang memiliki pikiran yang terlatih dan cara pandang yang selaras), kedewasaan moral (merujuk kepada mereka yang “terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat,” Ibrani 5:14), dan kedewasaan emosional (seseorang yang memiliki kepribadian yang seimbang, sanggup untuk mengembangkan relasi-relasi dan melaksanakan tanggung jawab). Namun di atas semua itu, ada yang disebut kedewasaan rohani. Apa yang dimaksud dengan kedewasaan rohani? Para rasul menyebutnya “di dalam Kristus,” yakni, memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus.
Cara paling umum yang digunakan Paulus untuk mendefinisikan kekristenan adalah dengan mengatakan bahwa mereka merupakan pria dan dan perempuan yang ada “di dalam Kristus”. Namun makna ada di dalam Kristus tidaklah seperti kalau baju kita ada di dalam lemari pakaian atau perkakas-perkakas ada di dalam sebuah peti. Ia lebih seperti ranting yang ada “di dalam” pokok anggur dan otot-otot yang ada “di dalam” tubuh. Itulah makna dari bersatu dengan Kristus. Dengan demikian, “di dalam Kristus” berarti terhubung dengan-Nya secara personal, secara vital, dan secara organis. Dalam pengertian ini, menjadi dewasa berarti memiliki sebuah hubungan yang dewasa dengan Kristus dalam penyembahan, iman, kasih, dan ketaatan kita kepada-Nya.
Pertanyaan selanjutnya yang perlu diajukan adalah bagaimana orang-orang Kristen dapat menjadi dewasa? Teks kita memberikan jawaban yang jelas. Perhatikan kerangka dasar dari ayat 28: “Dialah yang kami beritakan… untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.”
Ini hanyalah sebuah logika. Jika kedewasaan Kristen merupakan kedewasaan dalam relasi dengan Kristus, baik dalam penyembahan kita, dalam iman dan ketaatan kita, maka makin jelas kita melihat Kristus, kita makin diyakinkan pula bahwa Ia layak menerima komitmen kita.
Disadur dari
Buku: The Radical Disciple (Murid yang Radikal: Beberapa Aspek yang Sering Diabaikan Orang Kristen) hal 37-39.
Penulis: John Stott
Penerbit: Literatur Perkantas Jatim
Tautan: The Radical Disciple