Pertumbuhan rohani dan keserupaan dengan Kristus tentu merupakan tujuan dan harapan dari semua bentuk pelayanan Kristen. Itu sebabnya, para pemimpin gereja dan lembaga pelayanan Kristen bertahun-tahun memikirkan metode dan program yang sesuai untuk diterapkan bagi pertumbuhan rohani jemaat dalam konteks pelayanan mereka. Persoalannya, setelah banyak program, bahan, dan metode dijalankan, tetap tidak mudah untuk menemukan pengalaman dan buah-buah transformasi rohani yang mendalam. Program, bahan, dan metode apa pun akan lambat laun ditemukan kekurangannya ketika diterapkan dalam konteks setempat, kemudian menghasilkan kebuntuan dan menyisakan pertanyaan: “Jadi, apa lagi yang cocok?”
Mindy Caliguire menganalisis bahwa mungkin persoalannya di sini adalah cara berpikir umum bahwa harus ada program, bahan, atau metode yang cocok “satu untuk semua.” Di dalam buku ini, Mindy kemudian mengajukan bahwa pertumbuhan rohani memang tidak dapat terjadi dalam program atau metode yang “satu untuk semua,” melainkan di dalam relasi-relasi yang intensional dengan orang-orang lain di dalam tubuh Kristus. Jika kehidupan setiap orang dilihat sebagai sebuah perjalanan rohani, maka konteks-konteks relasi yang terjadi dan menumbuhkan kehidupan setiap orang dapat sangat beragam jenisnya. Tentu saja, sebelum lebih jauh membahas konteks relasi apa saja yang dapat menghasilkan pertumbuhan rohani, perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “pertumbuhan rohani” itu sendiri. Bagi Mindy di dalam buku ini, “pertumbuhan rohani” bukan sekadar perubahan perilaku atau peningkatan partisipasi seseorang di dalam gereja, melainkan perubahan pikiran, jiwa, hati, karakter, kehendak, bahkan emosi, ke arah yang semakin menyerupai Kristus. Pada akhirnya, orang-orang yang diubahkan semakin serupa Kristus, tidak mungkin tidak memberi diri bagi pekerjaan Allah.
Mindy sendiri merupakan salah satu bagian dari tim kepemimpinan gereja Willow Creek yang digembalai (dulu) oleh Bill Hybels. Setelah melakukan berbagai penelitian terhadap program pemuridan dan pertumbuhan jemaat gereja mereka, tim kepemimpinan ini mendapati tiga pertanyaan yang selalu muncul dan mendesak untuk dijawab, yaitu:
- Bagaimana kita beralih dari kelompok-kelompok kecil yang “satu ukuran untuk semua” ke format yang lebih efektif untuk orang-orang di semua tahapan pertumbuhan rohani?
- Bagaimana kita paling baik mengajarkan orang latihan-latihan rohani?
- Bagaimana kita memotivasi orang percaya dewasa untuk terus bertumbuh secara rohani?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, menurut Mindy, adalah melalui relasi-relasi yang dipimpin oleh Roh Kudus. Relasi-relasi ini tidak terbentuk dengan sendirinya secara alami, melainkan perlu dipikirkan, ditetapkan, dan diupayakan dengan sengaja. Relasi-relasi ini pun berbeda-beda kadar dan jenisnya dalam proses kehidupan masing-masing. Meskipun demikian, ada dua unsur esensial yang harus ada dalam setiap relasi, yaitu: pengarahan (direction) dan kepekaan (discernment).
Di dalam buku ini, Mindy membagi konteks relasi pertumbuhan rohani ke dalam tiga tahapan: mengikuti bersama (learning together); menjalani bersama (journeying together); dan mengikuti bersama (following together). Dalam ketiga tahapan ini, selalu harus ada pengarahan (direction) dan kepekaan (discernment). Semakin awal tahapannya, semakin banyak pengarahan yang dibutuhkan; tetapi semakin maju tahapannya, semakin banyak kepekaan yang dibutuhkan dan semakin sedikit pengarahan. Berikut rangkuman dari tiap tahapan perjalanan:
TAHAP 1: MEMPELAJARI BERSAMA
|
TAHAP 2: MENJALANI BERSAMA
|
TAHAP 3: MENGIKUTI BERSAMA
|
Beberapa hal yang perlu diingat adalah: Pertama, meskipun relasi-relasi ini dapat diupayakan secara sengaja oleh pemimpin gereja, tetapi proses terjadinya dan keberlangsungannya merupakan karya Roh Kudus, sehingga kita tidak bisa memaksakan waktu, metode, dan kecepatan pertumbuhannya menurut ukuran manusia. Kedua, tiga tahapan ini bukan seperti kelas-kelas yang “lulus satu tahap kemudian naik ke tahap lain,” tetapi sangat mungkin terjadi beririsan, tumpang tindih, dan lebih dari satu dalam kehidupan orang percaya. Misalnya, seseorang yang secara rohani sudah sampai pada tahap “mengikuti bersama” dan mempunyai seorang mentor rohani pribadi yang akan selalu mendampingi perjalanan rohaninya; bisa saja masih merasa butuh untuk belajar kembali dasar-dasar iman Kristen untuk memperkuat pemahamannya. Jadi, daripada kita kemudian mengklasifikasikan “siapa sudah sampai tahap mana,” lebih baik kita berfokus menyediakan kemungkinan-kemungkinan terjadinya tiga konteks relasi ini, dengan cara misalnya menyiapkan pemimpin, menciptakan budaya pertumbuhan rohani, dan memperkuat relasi interpersonal di dalam gereja.
Judul Buku: STIR: Spiritual Transformation in Relationships (Transformasi Rohani dalam Relasi)
Penulis: Mindy Caliguire
Penerjemah: Okdriati S. Handoyo
Penerbit: Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2019)
Ketebalan buku: 221 hlm.
Resensi oleh: Carmia Margaret, rohaniwan Gereja Kristen Immanuel (GKIm) Jemaat Hosanna