MENDEFINISIKAN ISTILAH
Dalam upaya memahami bahwa kemuridan menyediakan segala yang terbaik dari Allah bagi kita, dan bahwa Dia melihatnya sebagai tindakan utama gereja, kita telah menggunakan semua kata-kata di berikut ini. Namun, mari berhenti sejenak untuk memastikan bahwa kita telah memiliki pengertian yang jelas tentang maknanya satu per satu.
Murid (Disciple)
Seorang murid, mathetes, ialah seorang pembelajar atau pengikut―biasanya seorang yang komit kepada seorang yang berotoritas.8 Michael Wilkins, profesor Perjanjian Baru untuk bahasa dan kesusastraan di Sekolah Teologi Talbot, lebih jauh menjelaskan istilah ini sebagai berikut:
Murid adalah istilah khusus yang digunakan di kitab-kitab Injil yang menunjuk kepada para pengikut Yesus dan merupakan sebutan yang umum bagi mereka yang dalam gereja mula-mula disebut orang percaya, orang-orang kristiani, para saudara-saudari, kawan seperjalanan, atau orang-orang suci. Meski demikian, setiap istilah berfokus pada aspek-aspek yang berbeda dari relasi-relasi perseorangan dengan Yesus dan orang-orang lainnya dalam iman itu. Istilah tersebut paling sering dipakai dalam arti yang spesifik; setidaknya 230 kali di seluruh Injil dan 28 kali dalam Kisah Para Rasul.
Jadi, murid adalah pengikut Yesus yang telah lahir baru. Saya telah menyebutkan ketidaksenangan saya terhadap pengajaran yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara menjadi orang Kristen dan menjadi murid. Pengajaran yang umum adalah bahwa seorang Kristen ialah seseorang yang oleh iman menerima Yesus sebagai Juru Selamat, memperoleh hidup kekal, serta aman dan nyaman dalam keluarga Allah; seorang murid ialah orang Kristen yang lebih serius, yang menjalankan disiplin rohani dengan giat dan terlibat dalam penginjilan dan melatih orang lain. Namun saya harus berterus terang: saya tidak menemukan satu pun bukti dalam Alkitab yang memisahkan Kristen dengan murid. Menjawab pertanyaan klasik: "Murid-murid itu dilahirkan atau dijadikan?" Saya berpendapat bahwa mereka dilahirkan untuk dijadikan. Visi yang Yesus tetapkan untuk dilakukan dimaksudkan untuk mencari dan mendidik lebih banyak orang seperti kesebelas murid, suatu pengalaman seumur hidup di mana orang-orang yang tidak sempurna akan dibentuk menjadi serupa dengan Yesus―ditandai dengan kemajuan, bukan kesempurnaan.
Saat keselamatan terjadi, ketika seseorang memutuskan untuk mengikut Kristus, ia tidak harus mengalami jeda apa pun dalam perjalanannya sejak saat itu dan seterusnya. Sebagai orang Kristen baru, setiap orang tidak mengambil suatu “langkah kedua” untuk menjadi murid. Sebaliknya, ia memulai suatu perjalanan pertumbuhan yang berkesinambungan melalui masa kanak-kanak rohani, remaja, dan masa dewasa menuju kematangan. Tentu saja, semua murid mengalami masa-masa baik dan buruk. Semua menikmati kemenangan dan menanggung kekalahan. Semua mengalami saat-saat mandek, bahkan saat-saat di mana mereka seolah-olah berjalan ke arah yang salah. Namun, hati seorang murid selalu merindukan dan ingin menyukakan Allah.
Ketika perbedaan antara murid dan seorang Kristen lenyap, demikian juga keyakinan yang merusak dalam gereja dua-tingkat. Maka, seorang murid ialah orang Kristen biasa yang mengikut Kristus. Tentu saja, cara setiap orang mengikut Kristus akan berbeda. Beberapa akan sangat terpelajar atau kalangan melek huruf yang suka membaca, filsafat, dan kehidupan asketis. Yang lainnya, akan cenderung menjadi aktivis secara kodrati dan kurang kontemplatif serta akan lebih menemukan makna tatkala melayani ketimbang membaca atau berlama-lama berdoa. Sementara orang akan mengikut Yesus dengan cara yang berbeda, seorang pun tidak boleh beranggapan bahwa hanya kalangan elite (gereja) saja yang menjalankan iman yang sungguh-sungguh. Dan, seorang pun tidak boleh berpandangan, yang bahkan lebih merusak, bahwa menjadi seorang Kristen sambil lalu―yang memutuskan untuk percaya Yesus tetapi tidak mengikut Dia―merupakan sesuatu yang wajar.
Kemuridan adalah sesuatu yang seorang murid kerjakan. Jika ia tidak mengikut Kristus, maka Kristus ditiadakan dalam tiap prosesnya. Orang seperti ini hanya "menyetujui" Yesus dan doktrin, tetapi tidak merasakan relasi yang nyata dengan Kristus. Menyetujui tidak cukup: itu bukan iman, tetapi sekadar kesepakatan.
Pemuridan (Disciple-Making)
Istilah pemuridan berasal dari kata kerja matheteusate, yang berarti "membuat/ menjadikan murid" (Matius 28:19).
Tiga dimensi membedakan pemuridan dari kemuridan:
- Penyelamatan: Langkah pertama dalam menjadikan murid ialah penginjilan, bagian dari Amanat Agung yang memerintahkan kita "baptislah mereka". Satu alasan pemuridan masa kini tidak menghasilkan murid-murid baru adalah karena gereja membatasi pemuridan dengan mengajar orang-orang yang sudah Kristen.11 Seharusnya, semua murid secara aktif terlibat dalam mencari orang-orang yang membutuhkan Kristus dan kemudian―melalui karunia-karunia yang mereka miliki, kesempatan, dan komunitas iman―mengenalkan orang-orang itu kepada kehidupan yang mengikuti Yesus.
- Pengembangan: Begitu seorang murid membuat komitmen kepada Kristus, langkah berikutnya ialah membina karakter dan kapasitas. Hal ini berasal dari unsur "ajarlah mereka melakukan" Amanat Agung (ayat 20). Banyak orang Kristen hanya mengacu pada satu langkah ini untuk kemuridan (atau, pembinaan kerohanian, di waktu yang lebih belakangan).
- Pengutusan: Begitu seorang murid diajar, langkah terakhir ialah mengutus. Hal ini berasal dari aspek "Pergilah" (ayat 19) Amanat Agung dan berarti menempatkan murid dalam misi di tempat mereka tinggal, bekerja, dan bermasyarakat. Seorang murid mendapat suatu kesadaran bahwa ia hidup di tengah orang-orang yang tersesat dan hancur dan bahwa kerajaan Allah secara alami bertumbuh dengan sangat baik dalam relasi. Pengutusan juga meliputi orang-orang tertentu yang "terpanggil" untuk menjangkau orang-orang lain melintasi batas-batas geografis dan budaya.
Kemuridan (Discipleship)
Kemuridan [istilah yang mungkin masih asing di telinga pembaca Indonesia] menggambarkan kehidupan yang sementara tengah berlangsung dari seorang murid, yang juga menggambarkan pengalaman kekristenan yang lebih luas. Kata ini tidak murni datang dari Alkitab, tetapi merupakan turunan. Namun, kebanyakan orang Kristen umumnya menerima kemuridan sebagai proses dalam mengikuti Yesus.
Imbuhan "ke-an" pada kata murid berarti "keadaan sebagai" atau "terkandung di dalam". Jadi, kemuridan berarti keadaan sebagai seorang murid. Sebenarnya, istilah kemuridan mempunyai suatu makna keberlangsungan yang sangat indah―suatu pengertian perjalanan, suatu gagasan sedang menjadi murid ketimbang sudah menjadi murid.
Pembentukan Kerohanian (spiritual formation)
Istilah pembentukan kerohanian diangkat dari Galatia 4:19: "Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." Kata "menjadi nyata" berasal dari kata morphe, yang berarti "membentuk". Jika digabungkan dengan preposisi Yunani, kata itu diterjemahkan sebagai "serupa" dalam Roma 8:29 dan "berubah" dalam Roma 12:2.
Yang paling akurat, pembentukan kerohanian menggambarkan pengudusan atau transformasi para murid. Istilah ini telah menjadi populer bagi mereka yang ingin menghindari beban yang telah ditanggung oleh kemuridan akhir-akhir ini. Murid memang tampak mendominasi Injil, sementara pembentukan kerohanian menggambarkan kerohanian dalam Surat-surat Rasuli.
Namun demikian, karena kemuridan telah bertahan terhadap ujian waktu dan menghubungkan orang percaya langsung kepada Yesus, saya telah memilihnya untuk menjelaskan isi buku ini.
Disadur dari:
Buku: The Complete Book of Discipleship (Panduan Lengkap Pemuridan): Bab 1
Penulis: Bill Hull
Penerbit: Katalis Media
Info Produk: Panduan Lengkap Pemuridan