Hal pertama yang sepertinya ada dalam pemikiran Petrus, Yakobus, Yohanes dan teman-teman ketika mereka mendengar Yesus berkata, "Jadikanlah murid," adalah mereka akan mencari dan menghasilkan orang-orang lain seperti diri mereka. Jelas rasul Paulus meyakini hal yang sama beberapa tahun kemudian. Semua mereka tahu bahwa dalam menjadikan murid termasuk di dalamnya membuat komitmen yang sungguh-sungguh untuk mengikuti seorang pemimpin. Mari kita meninjau secara singkat lima ciri kemuridan abad pertama.
- Memutuskan untuk mengikut seorang guru. Kemuridan abad pertama dinyatakan sebagai bentuk relasi hamba-tuan (lihat Matius 10:24). Begitu diterima sebagai murid, seorang anak laki-laki memulainya sebagai seorang talmidh, atau pemula, yang duduk di bagian belakang ruangan dan tidak boleh berbicara. Kemudian ia menjadi calon murid murid/ siswa yang terhormat, yang menggunakan cara mandiri dalam pendekatan dan pertanyaannya. Di tingkat berikutnya, ia menjadi murid-rekan, yang duduk langsung di belakang rabi selama waktu berdoa. Akhirnya ia mencapai tingkat tertinggi, seorang murid dari orang berhikmat, dan diakui sebagai seorang yang setara dengan rabinya.
- Menghapal kata-kata sang guru. Tradisi lisan menyediakan cara dasar untuk belajar. Murid-murid belajar ucapan guru-guru mereka kata demi kata yang diteruskan kepada orang berikutnya.
- Mempelajari cara guru melayani. Seorang murid belajar bagaimana gurunya melaksanakan perintah Tuhan. Termasuk bagaimana ia menjalankan hari Sabat, puasa, doa, dan mengucapkan berkat dalam suasana-suasana resmi. Ia juga akan belajar metode mengajar sang rabi dan berbagai tradisi yang dijalaninya.
- Mencontoh kehidupan dan sifat sang guru. Yesus berkata bahwa jika seorang murid telah tamat pelajarannya, ia "akan sama dengan gurunya" (Lukas 6:40). Panggilan tertinggi dari seorang murid ialah untuk meneladan gurunya. Paulus meminta Timotius untuk mengikuti teladannya (lihat 2 Timotius 3:10-14), dan ia tidak segan meminta semua orang percaya melakukan hal yang sama (lihat 1 Korintus 4:14-16; 11:1; Filipi 4:9).
- Mendidik murid mereka sendiri. Ketika seorang murid menyelesaikan masa pelatihannya, ia diharapkan untuk melakukan kembali apa yang telah dipelajarinya dengan mencari dan melatih muridnya sendiri. Ia akan memulai sekolah miliknya sendiri dan menamakan sekolah itu dengan namanya, misalnya Sekolah/ Rumah Hillel.
Kelima ciri di atas menjelaskan lembaga kemuridan yang diterapkan pada abad pertama. Yesus menggunakan praktik-praktik ini bagi para pengikut terdekatnya. Ketika Dia meminta mereka untuk menjadikan murid, Dia mengharapkan mereka mendapatkan orang lain yang akan melakukan kelima komitmen tersebut. Ketika Dia berkata, "dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Matius 28:20). Mereka mengetahui bahwa tugas tersebut akan membutuhkan bentuk pengabdian seperti yang terdapat dalam kelima komitmen tersebut.
Tentu saja, beberapa pertanyaan kini menanti jawaban: Akan seperti apa hal ini bagi kita di masa sekarang? Jika semua ciri tersebut menjelaskan apa yang Yesus maksudkan dengan "jadikanlah murid", bukankah kita harus menerapkan dengan cara yang sama? Seberapa umum jenis kemuridan seperti ini dalam gereja di masa kini?
Disadur dari:
Buku: Panduan Lengkap Pemuridan, halaman 50-51.
Penulis: Bill Hull
Penerbit: Katalis Media
Tautan: Panduan Lengkap Pemuridan