Banyak penggemar keliru mengenali diri mereka sebagai pengikut karena mereka memakai perbandingan budaya. Mereka melihat tingkat komitmen orang lain di sekeliling mereka dan merasa seolah-olah punya hubungan yang mendalam dengan Yesus. Intinya, mereka menilai hubungan mereka dengan Yesus tidak bermasalah dan selama mereka lebih rohani daripada tetangga sebelahnya, semuanya akan baik-baik saja. Itulah sebebnya beberapa penggemar cukup gembira ketika tahu bahwa keluarga Kristen yang dikagumi semua orang ternyata bermasalah—entah karena memiliki anak yang pemberontak atau sedang bergumul akan kondisi pernikahan yang terus berjuang agar tetap bersama—dan tidak sesempurna yang tampak dari luar. Kurva standarnya pun diturunkan sedikit lebih rendah.
Ukuran lain yang biasanya digunakan penggemar adalah pengukur keagamaan, mereka menunjuk ketaatan mereka terhadap aturan agama dan berbagai ritual sebagai bukti bahwa mereka benar-benar mengikut Yesus, lagipula, mereka beralasan, mungkinkah seorang penggemar pergi ke gereja setiap minggu, memberi uang persembahan, menjadi relawan di daerah yang terkena bencana alam, mendengarkan hanya radio Kristen, tidak melihat film porno, dan tidak minum minuman keras? Hei… tentu saja aku pengikut Kristus. Aku melakukan semua itu dengan sengaja!
Masih ada banyak cara lainnya untuk melihat apakah kita adalah pengikut Kristus. Pengukuran secara denominasi, latar belakang keluarga, dan pengetahuan Alkitab pun menjadi cara untuk membuktikan jati diri kita sebagai pengikut Yesus. Namun inilah pertanyaan yang sesungguhnya: apa yang Yesus definisikan tentang arti dari mengikut Dia? Ukuran apa pun yang Ia berikan, itulah yang harus kita pakai.
Disadur dari
Buku: NOT A FAN (Bukan Seorang Penggemar), halaman 25-26.
Penulis: Kyle Idleman
Penerbit: Literatur Perkantas Jatim
Info Buku: Not a Fan