PERGULATAN DALAM PIKIRAN
Jika kita sudah di dalam Kristus, mengapa banyak orang percaya masih merasa seperti yang selalu mereka rasakan dan mengapa mereka masih saja bergumul dengan persoalan lama yang sama? Ini adalah pertanyaan yang wajar, yang harus bisa dijawab oleh setiap anggota gereja.
Ketika kita dilahirkan mati (secara rohani) akibat pelanggaran dan dosa kita, kita tidak hidup di hadirat Allah dan tidak mengenal jalan-jalan-Nya. Sebagai akibatnya, kita belajar untuk hidup di luar atau tanpa Allah. Lalu suatu hari kita datang pada Kristus, tetapi tidak ada yang menekan tombol “Hapus”. Semua yang kita pelajari sebelum Kristus masih tersimpan di bank memori kita. Itulah sebabnya Paulus menulis, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2). Sebagai orang percaya pun, kita masih dapat terus menjadi serupa dengan dunia ini.
Semua yang kita pelajari sebelum kita datang pada Kristus diolah dari lingkungan tempat kita dibesarkan dengan dua cara utama. Pertama, kita membentuk pandangan dunia dari pengalaman-pengalaman yang berpengaruh kuat. Yang dimaksud adalah keluarga tempat kita dibesarkan, teman-teman dan keramat yang kita miliki, sekolah-sekolah yang kita masuki, dan gereja yang kita kunjungi maupun tidak. Kedua, pandangan dunia kita dibentuk oleh pengalaman traumatis, seperti pelecehan fisik maupun verbal, kematian orang terkasih, perceraian orangtua, dst. Benteng-benteng ini adalah pola-pola kebiasaan mental dari pikiran yang tertanam di benak kita dari waktu ke waktu, atau sangat terpatri di memori kita akibat trauma masa lalu.
Manusia tidak dipengaruhi oleh lingkungan mereka; mereka dipengaruhi oleh cara mereka memahami atau memercayai apa yang terjadi di sekitar mereka.
Pada umumnya, orang percaya memiliki dua rencana dalam pikiran mereka. Rencana B adalah cara mereka belajar menjalani kehidupan di luar atau tanpa bergantung pada Allah—misalnya, pola-pola daging mereka. Orang percaya juga memiliki rencana A, yang merupakan rancangan Allah, karena mereka memiliki pikiran Kristus dan kehadiran Roh Kudus yang akan memimpin mereka kepada seluruh kebenaran. Pilihan-pilihan kita akan mewujud dalam perbuatan daging atau buah Roh. Tujuannya adalah agar kita diubahkan oleh pembaruan budi/pikiran dan belajar hidup dalam iman dengan kuasa Roh dan tidak mengikuti keinginan daging.
Jika kita memilih rencana B, yang akan menggoda kita, dan bertindak mengikuti selama enam minggu, kita akan membangun kebiasaan, dan hasilnya dalah sebuah benteng mental. Ibarat mengemudikan truk di padang rumput selama beberapa minggu melalui rute yang sama. Bekas roda yang dalam akan terbentuk ketika hujan tiba. Si pengemudi bahkan tak perlu menyetir lagi, karena truk itu akan otomatis mengikuti jalanan bekas roda itu. Segala usaha untuk mengemudi keluar dari jalan kecil itu akan menghadapi penolakan. Pola-pola daging adalah jalan-jalan kecil informasi di otak.
Jika kita sudah terlatih salah, dapatkah kita dilatih kembali? Jika kita sudah salah memprogram “komputer” kita, dapatkah kita memprogram ulang? Jika kita sudah memercayai suatu kebohongan, dapatkah kita meningggalkan kebohongan itu dan memilih untuk memercayai kebenaran? Tentu saja dapat, tetapi kita juga harus menginginkannya. Kita sedang mengalami pembaruan budi/ pikiran setiap kali kita mendengarkan ajaran yang baik, membaca Alkitab, dan mencari nasihat orang-orang yang saleh. Tetapi yang sedang terjadi juga tidak hanya itu. Kita tidak hanya sedang berjuang melawan dunia dan daging. Kita sedang menghadapi dunia, daging, dan Iblis. Jika kita ingin menjadi dewasa dalam Kristus, kita harus memprogram ulang pikiran (komputer) kita, tetapi lebih baik kita mengecek “virus”. Virus komputer ada bukan karena kebetulan. Virus-virus itu memang sengaja dimasukkan dengan niat jahat oleh para hacker.
Disadur dari: Menjadi Gereja Pembuat Murid
Penulis: Neil T. Anderson
Penerbit: Yayasan Gloria-Katalis
Info Buku: Menjadi Gereja Pembuat Murid (untuk pembelian sistem membership), Menjadi Gereja Pembuat Murid (untuk pembelian umum)