Bagian ketiga dari buku ini membahas beberapa macam cara menghidupi iman di mana pemuridan dapat terjadi melalui pilihan hidup atau status seseorang, ataupun tempat di mana seseorang berada.
Dalam dunia kerja, bekerja dapat dipandang sebagai bentuk pelayanan dan bahkan panggilan hidup kita. Maka pemuridan juga dapat terjadi di tempat kerja yaitu dengan menunjukkan nilai-nilai kekristenan yang dapat kita lakukan melalui cara berlaku jujur, bekerja keras, menjadi produktif dan tidak bermalas-malasan, memiliki sikap bersahabat dengan rekan kerja, dll. Kolose 3:23 mengatakan bahwa apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan.
Bagi sebagian orang, panggilan untuk melakukan pemuridan bisa berarti tetap hidup melajang. Meskipun pandangan terhadap hidup melajang seringkali dipandang negatif, tetapi seseorang yang memilih hidup melajang memiliki kredibilitas hidup melajang untuk kepentingan Injil. Hidup melajang dapat terjadi oleh karena keinginannya sendiri (willingly single) di mana seseorang tidak merasakan desakan untuk menikah dan dapat menemukan kepenuhan suka cita melayani Kristus. Kedua, hidup melajang karena kerelaan atau melajang dengan senang hati (contentedly single), situasi di mana seseorang memiliki harapan untuk tidak melajang tetapi mampu menerima kenyataan tentang kehidupan mereka yang melajang dan terus menjalani hidup sepenuhnya. Ketiga, seseorang yang melajang dengan enggan atau terpaksa (reluctanty single), yaitu mereka yang sangat bergumul dengan kehidupan tidak menikah. Makna panggilan bagi orang yang hidup melajang adalah mengarahkan pandangan mereka sepenuhnya pada Yesus dan bersuka di dalam Dia yang selalu memiliki kehendak yang baik dan sempurna untuk setiap orang.
Menghidupi iman tentu juga terjadi di dalam kehidupan pernikahan. Pasangan-pasangan suami istri berkembang ketika mereka aman dalam cinta kasih satu sama lain, dan anak-anak makmur ketika mereka memiliki keluarga yang kokoh. Pernikahan yang baik dan kokoh tidak diperoleh dengan begitu saja, tetapi buah dari doa dan usaha keras. Ada hal-hal penting yang harus dibentuk dan dibangun, diantaranya adalah bahasa kasih dan komunikasi. Pernikahan ibarat anggur yang baik, yang akan semakin matang seiring berjalannya waktu.
Tidak hanya pernikahan yang dapat membentuk relasi pribadi ke pribadi karena setiap murid Kristus dipanggil untuk menjadi saksi Kristus melalui cara hidup, perbuatan yang selaras dengan perkataan, dan kasih Tuhan yang terpancar di dalam dan melalui tindakan-tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui itulah kita akan berbicara tentang Yesus kepada orang lain.
Berbicara tentang menghidupi iman, tidak cukup hanya dengan berkata bahwa kita percaya Tuhan. Iman harus dibuktikan dalam cara hidup kita melalui nilai-nilai, perilaku dan perbuatan kita. Ada begitu banyak permasalahan sosial yang kita jumpai di sekitar kita. Kita harus melakukan sesuatu secara nyata untuk menolong mereka, jika tidak, iman kita tidak akan ada artinya. Tokoh Kristen terkenal yang bernama John Stott mengatakan bahwa harus ada perpaduan antara penginjilan dan tindakan sosial. Perkataan dan perbuatan yang berjalan seiring serta kasih karunia seharusnya membuat kita untuk senantiasa berlaku adil di manapun kita berada.
Menghidupi iman Kristen tidak hanya terbatas pada perkataan saja ataupun hanya di lingkup pribadi. Menghidupi iman berarti menyelaraskan perkataan, perbuatan, dan kasih karunia untuk dapat membuktikan iman secara nyata di manapun kita berada, dan apapun status pribadi kita. Tuhan memanggil setiap orang yang percaya kepada-Nya untuk dipanggil-Nya menjadi utusan.
Judul Buku : Mentoring Conversations Penulis : Tony Horsfall Penerbit : Katalis (2021) Bagian 3 : Menghidupi Iman (25 hal)