Pekerjanya sedikit. Jumlah mereka sedikit pada masa hidup Tuhan Yesus, juga pada masa kini. Jumlah orang yang ke gereja banyak. Program-program juga banyak. Tetapi pekerja sedikit. Mengapa tidak pernah ada pekerja yang cukup dari masa ke masa.
Pertama, bila kuasa kegelapan hendak menyerang bagian paling strategis di dalam pelayanan umat Tuhan di dunia, di mana yang menurut Anda akan diserangnya? Dia akan menyerang pada bagian pusatnya, dia akan menghambat munculnya para pekerja. Coba bayangkan dampak gereja yang berada di dekat tempat tinggal Anda jika tiap anggota gereja tersebut memiliki kualitas kerohanian yang tinggi, pekerja yang penuh pengabdian, penyerahan yang mutlak kepada Kristus dan kehendak-Nya. Bagaimana rasanya jika pekerjaan Kristus dilaksanakan bukan hanya oleh beberapa orang yang profesional—yaitu mereka yang ditahbiskan oleh gereja—tetapi juga oleh beribu-ribu, beratus-ratus ribu, berjuta-juta orang yang terlatih dengan baik, orang-orang awam yang terbeban, matang, berbuah, dan diperlengkapi dengan baik? Gereja-gereja kita membutuhkan orang-orang yang berkemauan keras untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah bagi hidup mereka—pekerja-pekerja yang pada waktu keluar meninggalkan ruang kebaktian tiap-tiap Minggu memasuki dunia dengan semangat yang bernyala-nyala mencintai Kristus dan membuat-Nya dikenal. Kita tahu bahwa hasil dari daya kerja seperti itu akan mengejutkan. Iblis mengetahui hal itu juga, dan saya percaya itulah tempat di mana dia memusatkan daya upayanya. Dia akan membuat kita bertengkar di antara kita sendiri mengenai hal-hal yang bodoh, tidak bertujuan, dan tidak berarti sementara berjuta-juta orang menuju kubur tanpa Kristus. Dia akan membuat kita melewatkan waktu kita bagi banyak kegiatan yang baik sementara kita meninggalkan yang terbaik.
Kedua, dari istilah ‘pekerja’ itu sendiri. Ada sesuatu yang tidak menyenangkan dalam gagasan menjadi seorang pekerja. Pada dasarnya kita lebih suka menjadi atasan, manager, direktur atau pimpinan – apa saja asal jangan pekerja biasa. Betapa memalukan melihat diri kita sendiri menjadi tidak berarti, hanya merupakan tenaga kerja di dalam musim menuai. Berbicara secara manusiawi pekerja biasa adalah kedudukan yang paling akhir yang kita pilih. Namun sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang memalukan karena telah menjadi seseorang yang melakukan pekerjaan itu. Ini adalah gambaran yang dilukiskan Yesus bagi kita. Dalam Matius 9:36-38, Dia tidak berbicara mengenai menabur, mengolah, mencabut tanaman liar dan menyiapkan tanah dengan jalan membajak. Dia berbicara mengenai memotong batang gandum yang siap untuk dikumpulkan. Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita siap untuk mengabdikan diri kepada tugas itu? Atau apakah kita merasa malu karena menjadi pekerja biasa dalam kerajaan Allah? Apakah kita merasa bahwa pelayanan seperti itu lebih rendah dari tujuan hidup kita? Apakah kita menghindar karena kita mengetahui seorang pekerja itu bekerja berat? Tetapi meskipun semua itu benar, kata-kata Yesus dalam Yohanes 4:34-38 tetap teguh. Kebutuhan akan pekerja tidak berubah – bahkan mungkin menjadi lebih besar. Karena pekerjaan yang sungguh besar di dunia ini – karena kebangunan rohani dari gereja dan untuk pelaksanaan Amanat Agung dari Yesus Kristus.
Artikel selanjutnya: “KEKURANGAN AKAN TENAGA KERJA (Bagian 2)”
Sumber Buku
Info buku: Laboring in The Harvest
Penulis: LeRoy Eims (Halaman 19-26, dengan penyesuaian)