Setelah kita menerima undangan dari Tuhan, kapankah kita memutuskan untuk memenuhi undangan tersebut? Saat kita merasa tidak ada waktu untuk menarik diri, saat kita merasa jadwal kita sangat padat, pada saat itulah waktu yang paling perlu untuk menepi dan berdoa, pada saat itulah hati kita merindukan waktu bersama Tuhan. Memilih menarik diri dan mengenali tingkat kelelahan kita, apakah kita berada pada kelelahan yang baik atau kelelahan yang berbahaya, akan mengembalikan kita dari tepi jurang bahaya malapetaka.
Ketika kita berada pada kelelahan yang berbahaya, kita tidak dapat menjadi diri kita yang terbaik. Kita terakumulasi dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang lama di mana kita hidup melampaui batas kemampuan kita dan tidak memperhatikan sumber kelelahan kita. Pada akhirnya tubuh kita melemah dan kita tidak lagi mampu berpikir dengan bijak dan tepat. Ada banyak hal di sekitar kita yang dapat menjadi sumber kelelahan kita: pasangan hidup, anak, orang tua, pekerjaan, bahkan berada di daftar teratas. Yang kita tahu adalah kita selalu dan selalu berusaha untuk memiliki kehidupan yang sempurna, dan di situlah kita sedang berada di tepi jurang kelelahan.
Apakah yang kita lakukan saat lelah karena bekerja seharian? Ya, beristirahat. Merebahkan punggung kita di atas kasur yang empuk, dan memejamkan mata. Begitulah Tuhan mengundang kita, hanya merebahkan diri saja, tidur di tangan kasih-Nya. Setelah kelelahan kita secara mental, moral, dan fisik, kita tahu bahwa ada waktu dan tempat untuk kita terus merebahkan diri, yaitu Allah, berapa pun energi dan kekuatan yang masih kita miliki. Merebahkan diri saja berarti membiarkan diri beristirahat di hadirat Allah. Anda dapat memulainya pada malam hari dengan mengistirahatkan tubuh anda, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan kemudian tidur.
Judul Buku: Invitation to Retreat (Karunia dan Kebutuhan untuk Menyendiri dengan Tuhan)
Penulis: Ruth Haley Barton
Penerbit: Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2020)
Bab 2: Hanya Merebahkan Diri