Prinsip 3: Hiduplah Dalam Kehancuran dan Kerapuhan
Dalam gereja yang sehat secara emosional, orang hidup dan memimpin dari kehancuran dan kerapuhan (keterbukaan). Mereka memahami bahwa kepemimpinan dalam kerajaan Allah adalah dari bawah ke atas, bukan memegang, mengontrol, atau menjadi tuan atas yang lain. Memimpin dari kegagalan dan penderitaan, pertanyaan dan pergumulan—suatu pelayanan yang memerdekakan. Itu menjadi cara hidup yang nyata perbedaannya dari apa yang umumnya diteladankan di dalam dunia, dan sayangnya, juga dalam banyak gereja.
Dimulai dari Saya
Perubahan yang menggemparkan dimulai di New Life ketika, setelah hampir delapan tahun memimpin berdasarkan "kekuatan-kekuatan" dan kesuksesan-kesuksesan’ saya, saya mengakui kepada jemaat (dan bukan hanya kepada dewan majelis) bahwa kehidupan pribadi dan pernikahan saya berantakan. Saya kemudian membuat keputusan, bersama dengan istri saya, untuk mengumumkan pergumulan kami dan perjalanan kami menuju kesembuhan dan pemulihan.
Saya mulai berbicara dengan bebas tentang kesalahan-kesalahan, kerapuhan-kerapuhan, dan kegagalan-kegagalan saya. Saya sekarang dapat berkata dalam rapat-rapat, "Saya tidak tahu harus berbuat apa." Saya berbicara secara terbuka tentang perasaan-perasaan tidak aman saya, kekecewaan-kekecewaan saya, dan impian-impian saya yang hancur. Saya menceritakan perasaan-perasaan yang sebelumnya cenderung membuat saya malu—kemarahan, kecemburuan, depresi, kesedihan, dan keputusasaan.
Bukan saja saya tidak merasa lebih buruk, seperti yang pada awalnya saya takutkan, saya merasa lebih hidup dan bersih daripada yang saya rasakan selama bertahun-tahun. Ilusi saya tentang kepura-puraan dan sikap protektif telah berlalu. Kemudian, saya mulai merasakan kasih Allah dalam Kristus dan kuasa Roh Kudus dengan cara yang sama sekali baru.
…
Kami terus menerus mengingatkan jemaat bahwa satu-satunya jenis orang yang dipakai Allah adalah mereka yang tidak bergantung pada karunia-karunia atau kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
- Musa gagap
- Baju zirah Daud kebesaran
- Yohanes Markus meninggalkan Paulus
- Istri Hosea seorang pelacur
- Satu-satunya pelatihan yang diikuti Amos adalah bercocok tanam
- Yakub seorang penipu
- Daud berselingkuh, membunuh, dan menyalahgunakan kekuasaan
- Naomi seorang janda
- Paulus seorang penganiaya
- Musa seorang pembunuh
- Yunus lari dari kehendak Allah
- Gideon dan Tomas sama-sama ragu
- Yeremia mengalami depresi dan kecenderungan bunuh diri
- Elia mengalami kejenuhan
- Abraham terlalu tua, Daud terlalu muda
- Musa pemarah (begitu juga Petrus, Paulus, dan banyak pahlawan Alkitab lainnya)
Allah selalu menggunakan periuk yang retak "supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2 Kor 4:7)
Disadur dari
Buku: Gereja yang Sehat secara Emosional
Penulis: Peter Scazzero dengan Warren Bird
Penerbit: Gospel Press