Prinsip 1: Lihatlah ke Bawah Permukaan
Dalam gereja-gereja yang sehat secara emosional, orang menyelidiki hati mereka dengan saksama dan obyektif sambil bertanya, "Apa yang sedang terjadi yang sedang berusaha diubah oleh Yesus Kristus?" Mereka memahami bahwa hidup seseorang bagaikan gunung es, dengan bagian terbesar dari diri kita berada jauh di bawah permukaan. Mereka mengundang Allah untuk membuat mereka menyadari dan mengubahkan lapisan-lapisan dibawah permukaan itu yang menghalangi mereka untuk menjadi lebih serupa dengan Yesus Kristus.
Kengerian yang nyata adakah betapa mudahnya untuk tetap berada dalam suatu ilusi yang menyenangkan, tetapi menyimpang tentang hidup kita. Sesuatu bisa saja tidak benar, tetapi kita telah begitu terbiasa dengannya sehingga hal itu terasa benar. Orang dekat yang hidup dan bekerja bersama kita biasanya dapat menemukan sebagian dari ketidakkonsistenan dan manuver-manuver defensif kita. Namun, hanya sedikit yang memilliki keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan dengan cara yang dewasa dan penuh kasih.
Almarhum Dag Nammarskjold, yang pernah menjadi sekjen PBB, mengungkapkan bahwa kita telah menjadi mahir dalam menjelajahi angkasa luar, tetapi kita tidak mengembangkan keahlian yang sama dalam menjelajahi dunia di dalam diri kita sendiri. Ia menulis, "Perjalanan terpanjang dari setiap orang adalah perjalanan ke dalam." Sebagian besar dari kita merasa jauh lebih diperlengkapi untuk menggerakkan benda-benda, mengontrol situasi-situasi, dan "melakukan" banyak hal daripada melakukan perjalanan yang sangat panjang ke dalam.
Apa yang sedang saya bahas membutuhkan kejujuran yang membuka kedok dan menyakitkan. Kebenaran, kata Yesus, akan memerdekaan kita (Yoh 8:32). Kejujuran menuntut pandangan yang menyeluruh atas keseluruhan kebenaran. Saya menyebutnya "membuka kedok" karena seperti Adam dan Hawa di Taman Eden, kita akan lebih memilih bersembunyi dari kebenaran dan melindungi diri kita daripada keluiar dengan telanjang kepada Allah. Ini telah menjadi masalah dosa sejak permulaan waktu (Kej 3:1-19). Hal itu "menyakitkan" karena meskipun kebenaran pada akhirnya membebaskan kita dan membawa kita lebih dekat kepada Allah, pada mulanya itu menjadi sesuatu yang lebih ingin kita hindari.
Disadur dari
Buku: Gereja yang Sehat secara Emosional
Penulis: Peter Scazzero dengan Warren Bird
Penerbit: Gospel Press