Relasi kita dengan Allah melalui karya penebusan Yesus adalah hal yang sangat penting, sungguh menjadi persoalan mendasar dalam hidup kita yang menuntut kita pada pertanyaan pilihan apakah kita harus menerima Kristus atau tidak.
Sering kali kita bersikap sombong dan acuh. Yesus kita biarkan menunggu selama kita menentukan pilihan akan menerima Dia atau tidak. Tidakkah kita tahu bahwa Kristus yang kita tangguhkan ini adalah Mesias utusan Allah, yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya? Allah Yang Mahakuasa. Lantas mengapa kita masih ragu menjatuhkan pilihan untuk menerima-Nya. Kita tidak perlu lagi meragukan fakta dan membutuhkan bukti bahwa Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita orang berdosa.
Menerima Kristus tidak cukup hanya dengan menundukkan kepala dan mengatakan, “Ya, saya menerima Kristus”, dan setelah itu kita tetap pada cara hidup yang lama. Itu berarti kita masih terhilang dan terpisah dari kasih Allah.
Hal “menerima” Kristus yang ditekankan Tozer pada buku ini adalah memiliki kemelekatan dengan pribadi Kristus yang mengubahkan (revolusioner), utuh dan eksklusif (tidak hanya sebagian kehidupan kita saja). Menerima Kristus berarti menjadikan-Nya pusat hidup kita. Sekalipun kita memiliki banyak jenis relasi yang lain, tetapi kita memiliki relasi yang eksklusif dengan Kristus Juru Selamat. Kemelekatan ini bukan sekedar menemukan teman yang disukai tetapi melebihi relasi kita dengan relasi apa pun dan siapa pun.
Menerima Kristus berarti melekatkan diri kita pada pribadi-Nya yang kudus seumur hidup kita. Ia menjadi yang pertama, yang terakhir, dan segalanya bagi kita. Menerima jalan-Nya sebagai jalan kita, menerima Firman dan ajaran-ajaran-Nya sebagai pedoman hidup kita, dan dengan sadar dan sukarela menerima salib-Nya sebagai salib kita.
Judul Buku: Discipleship (Kemuridan)
Penulis: A.W. Tozer
Penerjemah: Okdriati S. Handoyo
Penerbit: Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2019)
Bab 3: “Menerima” Kristus