Berbicara mengenai iman seharusnya tidak lepas dari perbuatan nyata. Hubungan moral antara perkataan dan perbuatan dicontohkan oleh Yesus sendiri dan para rasul-Nya yang tampak jelas dalam kehidupan dan pengajaran-Nya. Ia selalu bertindak sebelum Ia berbicara, dan setiap perbuatan-Nya meneguhkan perkataan-Nya.
Berbicara perihal iman memang lebih mudah dibandingkan melakukan perbuatan nyata. Tetapi dalam Yakobus 2:20 ditekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman membutuhkan perbuatan nyata sebagai bentuk dari iman itu sendiri. Beberapa orang lebih mudah mengucapkan doa bagi orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan. Tetapi tanpa perbuatan nyata sebagai bentuk pertolongan kita kepada ia yang membutuhkan, maka iman kita tidak ada artinya, seperti yang dikatakan oleh Yakobus dalam Yakobus 2:15-16.
Tujuan kita sebagai orang Kristen adalah menjadikan manusia semakin serupa dengan Kristus agar mereka dapat bertindak, melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti Allah. Bukan kemudian kita berhenti berbicara, berdoa, bernyanyi, menulis, dan bersaksi, tetapi mari kita melakukan hal-hal yang kita percakapkan ketika melakukan perkerjaan-pekerjaan Allah.
Iman bukanlah pengganti moral, melainkan sarana menuju dihasilkannya tindakan moral, yaitu buah hasil dari perwujudan iman kepada Allah dalam mentaati segala perintah-Nya yang diwujudkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kita: bukan kurang beriman tetapi semakin banyak berbuat baik, bukan lebih sedikit berdoa tetapi lebih banyak lagi melayani, bukan mengurangi berbicara tetapi menambah perilaku kudus, bukan pengakuan iman yang lemah tetapi sikap yang lebih berani, bukan menjadikan agama sebagai pengganti perbuatan tetapi agama yang dilakukan dengan penuh iman.
Judul Buku: Discipleship (Kemuridan)
Penulis: A.W. Tozer
Penerjemah: Okdriati S. Handoyo
Penerbit: Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2019)
Bab 11: Pentingnya Perbuatan
