Sering kali ketika mendengar kalimat kuduslah kamu atau jadilah kudus, hati kita tergetar, bisa jadi karena bimbang dan ragu, atau sebaliknya semakin dimantapkan dalam ketaatan kepada Allah. Sebagai orang Kristen, Petrus mengingatkan kita dalam 1Ptr. 1:15-16 agar kita memiliki hidup yang kudus dalam perkataan dan perbuatan karena Allah sendiri adalah kudus. Allah tidak memaksa kita untuk taat dan memilih hidup kudus, dan kita berhak menentukan pilihan dalam kedewasaan kerohanian kita. Tetapi jika kita menolak perintah-perintah Allah, menolak otoritas firman-Nya, menolak setiap perkataan-Nya, maka kepada siapa kita mengarahkan hidup kita?
A.W. Tozer dalam bab ini menjelaskan arti kata kekudusan dalam Alkitab yaitu keutuhan moral, memiliki kualitas hidup yang mencakup kebaikan, kemurahan, kemurnian, kesucian moral, dan kesalehan, seperti karakter Allah yang bersifat surgawi, baik, murah hati, suci dan tak bercacat dengan level putih yang tinggi. Menjadi anak-anak Allah yang memiliki kekudusan Allah tidak didapatkan secara otomatis tetapi kita perlu mengejar kekudusan itu. Seseorang yang menyebut dirinya memiliki hidup kudus harus mengusahakan hidup yang benar secara moral dan hidup di jalan-jalan Allah yang kudus dan memancarkan kemuliaan yang berasal dari Allah.
Cara kita memandang kekudusan Allah akan mempengaruhi bagaimana kita memberikan rasa hormat dan takjub, dan membangkitkan semangat yang berbeda dan luar biasa dalam diri kita. Jika seluruh hidup kita berada di dalam Kristus dan dikuasai oleh Roh-Nya yang menjadikan kita semakin serupa dengan-Nya, kualitas dan hadirat Allah juga ada pada kita. Mari kita memiliki hidup yang kudus agar Allah dengan Roh-Nya yang kudus mendiami kehidupan rohani kita sehingga kita memiliki kualitas hidup yang membuat kesaksian hidup kita bermakna.
Judul Buku: Discipleship (Kemuridan)
Penulis: A.W. Tozer
Penerjemah: Okdriati S. Handoyo
Penerbit: Katalis – Yys. Gloria, Yogyakarta (2019)
Bab 10: Kuduslah Kamu
