Jadi sungguh benar ada sosok Tuhan (yang kekal abadi, tak bernoda dan sulit ditebak) yang mengasihi makkhluk manusia yang lemah ini dengan cinta kasih yang benar-benar tidak masuk akal. Dan Ia akan tetap akan mencintai kita dengan kasih yang habis-habisan dan gila-gilaan, walaupun kita (manusia) ini bisa saja mati setiap saat dan umumnya berpikir bahwa tanpa mengasihi Dia pun hidup kita yang sepele ini sudah cukup manis.
Satu-satunya cara yang saya ketahui untuk menanggapi cinta-Nya adalah seperti orang yang diceritakan dalam salah satu perumpamaan Yesus di Matius 13:44. Dalam cerita tersebut, orang ini dengan senang hati menjual seluruh harta benda supaya dapat memperoleh satu-satunya hal yang berarti baginya. Ia tahu bahwa apa yang dia temukan itu—kerajan surga—lebih berharga dari apa pun yang ia miliki, sehingga ia mengejarnya dengan semua yang ada padanya. Respon terhadap kasih Tuhan yang antusias seperti ini sangatlah tepat. Betapa bedanya dengan respon kita yang biasa-biasa saja pada saat menemukan harta tersebut.
Dalam perumpamaan tentang penabur, Yesus menjelaskan bahwa benih itu adalah kebenaran (Firman Tuhan). Ketika bernih tersebut jatuh ke jalan, kebenaran itu didengar namun segera dicuri burung. Ketika benih itu jatuh di tanah yang berbatu, tak ada akar yang tumbuh, tampaknya ada kedalaman dan pertumbuhan sebab tanahnya “baik”, padahal itu hanya terlihat dari permukaan. Ketika benih tersebut jatuh di antara semak duri, kebenaran itu diterima tetapi segera terhimpit oleh kekhawatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup. Namun ketika benih tersebut jatuh di ranah yang baik, barulah benih itu bertumbuh, berakar dan berbuah.
Saya ingin memperingatkan Anda: Jangan sekali-kali berasumsi bahwa Anda sendiri merupakan tanah yang baik. Saya akan mengatakannya sekali lagi: Jangan sekali-kali berasumsi bahwa Anda merupakan tanah yang baik. Apakah Anda dapat menggambarkan diri sebagai orang yang benar-benar mencintai Yesus Kristus? Atau lebih cocokkah kalau dikatakan bahwa Anda itu setengah hati, suam-suam kuku dan berkomitmen setengah-setengah?
Alkitab menganjurkan supata kita memeriksa diri sendiri. Oleh karena itu, saya akan memberikan kepada Anda gambaran tentang ciri-ciri orang yang setengah hati, yang terbagi-bagi perhatiannya..
CIRI-CIRI ORANG YANG SUAM-SUAM KUKU:
- Cukup rajin ke gereja. Itulah yang diharapkan dari mereka, apa yang mereka yakini sebagai kegiatan “orang Kristen yang baik”, jadi mereka pergi
- Memberikan uang untuk amal dan untuk gereja… asal saja standar hidup mereka jangan diganggu. Mereka akan memberi, apabila mereka memiliki sedikit sisa dan terasa aman jika mereka mau memberi. Bagaimanapun juga, Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita, bukan?
- Cenderung memilih apa yang umumnya dilakukan (populer) ketimbang apa yang benar apabila ada konflik di antara kedua hal tersebut, mereka ingin diterima baik di gereja maupun di luar; mereka lebih peduli apa yang dipikirkan orang tentang tindakan-tindakan mereka (seperti kehadiran di gereja dan kebiasaan memberi) daripada apa pendapat Tuhan tentang hati dan kehidupan mereka.
- Tidak benar-benar ingin dibebaskan dari hukuman atas dosanya. Mereka tidak benar-benar membenci dosa dan tidak benar-benar menyesali dosanya; mereka hanya menyesal karena Tuhan akan menghukum mereka. Orang-orang yang suam-suam kuku tidak benar-benar percaya bahwa hidup baru yang ditawarkan Yesus ini lebih baik dari hidup lama yang penuh dosa.
- Tersentuh oleh cerita-cerita tentang orang-orang yang melakukan hal-hal radikal bagi Kristus, namun mereka sendiri tidak berbuat apa-apa. Mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah untuk orang-orang Kristen yang “ekstrem”, bukan untuk orang-orang biasa. Orang yang suam-suam kuku menganggap hal-hal yang diharapkan Yesus dari para pengikutnya sebagai sesuatu yang terlalu “radikal”.
- Jarang berbagi tentang keyakinan imannya kepada tetangga, teman kerja, atau temannya. Mereka tidak ingin ditolak, dan mereka juga tidak ingin membuat orang lain merasa tidak nyaman jika membicarakan urusan pribadi seperti agama.
- Mengukur moralitas atau “kebaikan” mereka dengan membandingkannya dengan dunia sekuler. Mereka merasa puas bahwa walaupun mereka tidak seekstrem si ini dan si itu, mereka juga tidak seburuk seperti orang-orang pada umumnya.
- Mengatakan bahwa mereka mengasihi Yesus, dan Dia merupakan bagian hidup mereka. Namun Yesus hanyalah salah satu bagian saja. Mereka memberikan kepada-Nya sebagian dari waktu mereka, uang mereka, dan pemikiran mereka, tetapi Dia tidak diizinkan untuk mengendalikan hidup mereka.
- Mengasihi Tuhan, tetapi mereka tidak mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan mereka. Mereka dengan cepat mencoba meyakinkan Anda bahwa mereka berusaha mengasihi Tuhan sebesar itu, tetapi pengabdian total seperti itu tidak mungkin bagi orang biasa; pengabdian seperti itu hanya untuk para pendeta, misionaris dan orang-orang radikal.
- Mengasihi orang lain, tetapi mereka tidak berusaha mengasihi orang lain seperti mereka mengasihi dirinnya sendiri. Kasih mereka sangat bersyarat dan sangat selektif, dan biasanya ada pamrihnya.
- Akan melayani Tuhan dan orang lain, tetapi ada batas-batas sejauh mana mereka akan melangkah atau seberapa banyak waktu, uang, dan tenaga yang mereka mau berikan.
- Lebih banyak memikirkan kehidupan di dunia dibandingkan hidup kekal di surga.
- Bersyukur untuk kemewahan dan kenyamanan mereka, dan jarang mempertimbangkan untuk memberi sebanyak mungkin kepada orang miskin. Tidak terhitung jumlah orang yang suam-suam kuku, yang merasa “terpanggil” untuk melayani orang kaya; hanya sedikit yang merasa “terpanggil” untuk melayani kaum miskin.
- Melakukan tindakan apa pun yang diperlukan untuk menjaga agar dirinya tidak terlalu merasa bersalah, mereka ingin melakukan standar yang paling minimum, menjadi “cukup baik” tanpa tuntutan yang terlalu banyak.
- Terus sibuk untuk mencari yang aman; mereka diperbudak oleh “pengendalian”. Itulah “tuhan” mereka. Fokus pada hidup yang aman ini menghalangi mereka untuk berkorban dan mengambil risiko bagi Tuhan.
- Merasa aman karena mereka hadir dalam gereja, menyatakan bahwa mereka adalah orang Kristen.
- Tidak hidup dengan iman; hidup mereka cukup tertata rapi, sehingga tidak perlu untuk hidup dengan iman. Kenyataannya, hidup mereka tidak akan nampak jauh berbeda apabila mereka tiba-tiba berhenti percaya kepada Tuhan.
- Mungkin lebih sedikir minum minuman keras dan mengumpat dibandingkan orang lain pada umumnya, tetapi selain itu, hidup mereka tidak jauh berbeda dari orang orang tidak percaya. Mereka mengatakan dirinya cukup kudus karena hidup mereka cukup “bersih”, tetapi sesungguhnya mereka salah besar.
bersambung….
Disadur dari: Crazy Love (halaman 71-84)
Penulis: Francis Chan
Penerbit: Benaiah Books
Info produk: Crazy Love