Kita telah mengajarkan kekristenan tanpa pemuridan, padahal kekristenan jenis ini tidak tertulis dalam Firman. Yesus dan rasul Paulus mengajarkan bahwa mengikuti Yesus adalah bukti dari menjadi seorang Kristen (Luk 9:23-25; Fil 2:1-8)… Masalah yang sedang kita hadapi adalah kita telah membuatnya sangat gampang bagi seseorang untuk memasuki kehidupan Kristen, sehingga kita melupakan pertobatan, komitmen, dan regenerasi yang justru memberikan kuasa dalam menghidupi kehidupan Kristen.
Kebanyakan gereja telah membatasi pemuridan sebagai masa pendidikan pasca-pertobatan. Tetapi, ini adalah pikiran sempit terhadap pemuridan yang alkitabiah. Kita harus ingat bahwa pemuridan bukan sekadar salah satu hal yang dikerjakan oleh gereja, melainkan satu-satunya hal yang dikerjakan oleh gereja!
Seorang murid adalah seorang pembelajar yang akan menjadi serupa dengan gurunya. Tetapi, ternyata bukan itu yang selama ini kita ajarkan. Kita telah mengajarkan bahwa pemuridan adalah pilihan yang bisa dipilih dan diabaikan saja. Sebuah pengalaman sementaara, dan kemudian bisa disimpan di gudang gereja. Inilah alasan mengapa gereja tidak bermultiplikasi secara sehat ke seluruh dunia. Kita terus saja menyebarkan injil yang sudah dilemahkan dan mandul.
Bagaimana jika 30 sampai 50 persen jemaat dan pemimpin gereja kita ternyata adalah orang-orang Kristen yang tidak akan diselamatkan? Itu pemikiran yang sangat mengerikan! Tetapi, saya yakin itu adalah inti dari apa yang perlu kita ajarkan. Kita telah mengajarkan kekristenan tanpa pemuridan, jadi mengapa terkejut jika 50 persen orang yang mengaku diri Kristen tidak akan termasuk dalam bilangan yang diselamatkan? Kita telah mengajarkan iman sebagai sekadar persetujuan pada doktrin, bukannya komitmen untuk mengikut Yesus.
Kita dipanggil untuk mengikut Yesus dan menghimpun lebih banyak murid untuk belajar kepada-Nya. Namun, sebelum kita mencetak murid-murid, kita sendiri harus menjadi murid. Sebelum jemaat atau kelompok dapat memilih hidup dalam pemuridan, para gembala dan pemimpin harus terlebih dahulu memilih hidup dalam pemuridan. Ini tidak terjadi dengan otomatis. Hal ini tidak dihasilkan oleh ijasah seminari atau serangkaian keahlian di bidang pelayanan. Hal ini datang dari komitmen untuk berubah, dari pilihan yang kita buat, dari niat untuk hidup sebagaimana Yesus hidup… Saya tahu itu terdengar basi dan biasa. Tetapi, ketika Anda sendiri mengalaminya, ketika Anda mengerti apa artinnya memilih hidup mengikut Yesus, maka pengalaman itu akan menjadi pengalaman yang paling memerdekakan dalam hidup Anda. Yesus berkata: “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan akan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.” (Mat 6:24a). Kita harus membuat pilihan.
Disadur dari
Buku: Choose The Life (Memilih Hidup Serupa Yesus: Mengalami Transformasi Iman melalui Pemuridan), hal 23-35.
Penulis: Bill Hull
Penerbit: Literatur Perkantas Jatim
Info Produk: Choose The Life