Tidak ada seorang pun yang tidak mengalami belenggu rohani akibat luka masa lalu dan pada akhirnya terintimidasi sebagai seorang yang tidak dikasihi, jahat, dan tidak berharga. Situasi ini membuat seseorang berada jauh dari kasih Allah dan tidak mampu merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya. Iblis paling tidak ingin kita mengetahui bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Kita adalah anak Allah. Jika kita memandang diri kita sebagai anak Allah yang diterima dan dikasihi, kita akan menjalani hidup dengan penerimaan diri dan kasih. Allah telah menciptakan kita dengan karakteristik sebagai manusia lahiriah (fisik/jasmani) dan manusia batiniah (jiwa/roh), dan diciptakan segambar dengan diri-Nya dengan kemampuan untuk berpikir (pikiran), merasa (perasaan), dan memilih (kehendak), serta kemampuan untuk berelasi dengan Allah (hidup rohani). Pertobatan membawa jiwa/roh kita menyatu dengan Allah sehingga kita memiliki hidup rohani dan menjadi manusia baru “di dalam Kristus”.
Menjadi manusia baru berarti memutus relasi dengan dosa, melepaskan manusia lama. Sekalipun pola-pola hidup lama dan kedagingan masih ada, tetapi kita dapat memilih untuk tidak hidup menurut daging. Kristus sudah mati bagi dosa, dan karena kita hidup di dalam Dia, maka kita juga sudah mati bagi dosa. Roma 7:15-23 menunjukkan kepada kita betapa beratnya sebuah pergumulan ketika kita membiarkan dosa kembali berkuasa di dalam tubuh kita yang fana. Apakah kita memiliki hati yang condong kepada Allah dan hidup sebagai orang yang merdeka dengan mengalahkan kuasa dosa dalam hidup kita?
Judul Buku : The Bondage Breaker Penulis : Neil T. Anderson Penerbit : Katalis (2020) Bab 3 : Anda Memiliki Hak Penuh untuk Merdeka (18 hal)