Dunia Barat memandang kehidupan sebagai realitas dua tingkat, tingkat atas adalah dunia transenden, tempat bersemayam Allah, roh-roh dan setan-setan, dunia yang dipahami melalui agama dan mistik. Tingkat bawah adalah dunia empiris, dunia yang dipahami melalui pengamatan dan penelitian empiris. Dan di antara kedua tingkat itu, menurut Dr. Paul Hiebert disebut sebagai “excluded-middle”, yaitu dunia nyata dari penguasa-penguasa rohani yang bekerja di bumi. Lalu bagaimana kita memahami pengaruh dunia rohani pada dunia jasmani dari perspektif Allah?
Hidup di “dunia antara” seperti mendapatkan dua hal yang bertentangan dalam satu peristiwa. Misalnya, ketika seseorang mengalami suatu gejala fisik, pada umumnya orang akan langsung mencari penjelasan secara fisik atau jasmaninya. Tetapi kemudian gejala tersebut menghilang tatkala mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah pribadi dan rohani mereka. Sayangnya, orang-orang sering kali mengisi kekosongan rohani justru dengan okultisme, pemujaan, kesehatan holistik, dll., dan bukan malah datang pada Kristus dan gereja-Nya. Pada akhirnya, pusat pandangan-dunia mereka adalah diri sendiri, dan bukan Yesus. Pandangan Kristen memiliki pusat yang berbeda. Yesus menawarkan perspektif yang lain, yaitu perspektif dari salib.
Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, semua keturunannya pun jatuh dalam dosa. Jika kita ingin merdeka dari belenggu dunia, mata rantai utamanya harus dihancurkan. Perspektif yang berpusat pada diri sendiri harus diganti dengan perspektif dari salib yang diperkenalkan Yesus kepada kita. Ada enam panduan perspektif dari salib yang dapat menjadi dasar bagi seseorang yang ingin bebas dari belenggu jalan dunia: menyangkal diri, memikul salib setiap hari, mengikut Kristus, mengorbankan kehidupan fana untuk mendapatkan kehidupan mulia, mengorbankan kesenangan materi, dan mengorbankan yang sementara untuk yang kekal.
Memikul salib setiap hari berarti mengakui setiap hari bahwa kita adalah milik Allah. Kita sudah dibeli dengan darah Kristus (1Ptr. 1:18-19). Ketika kita memikul salib, kita menyatakan bahwa identitas kita bukanlah berdasar eksistensi fisik kita, tetapi pada relasi kita dengan Allah. Kita adalah anak-anak Allah (1Yoh. 3:1-3).
Judul Buku : The Bondage Breaker Penulis : Neil T. Anderson Penerbit : Katalis (2020) Bab 2 : Menemukan Jalan Anda di Dunia (18 hal)