Dalam menjalani kehidupan kristiani, sebagian orang Kristen mungkin lebih tergugah oleh pengalaman ibadah yang indrawi daripada oleh hal-hal lain. Kenikmatan melalui pancaindra—pendengaran, penciuman, perabaan, penglihatan, pengecapan—adalah karya Allah yang menolong kita dalam menjalin relasi dengan Allah dan merasakan kehadiran Allah. Alkitab banyak mengisahkan tentang perjumpaan para nabi dengan kemuliaan Allah yang melibatkan pancaindra.
Memahami hubungan antara “keindahan” dengan Allah dapat membangkitkan kerendahhatian dan juga membawa seseorang pada kesadaran baru akan martabatnya di hadapan Allah sehingga ia memperoleh pandangan dunia yang berbeda. Kaum indrawi dapat menggunakan pendengaran untuk suara-suara yang didengar, penciuman mereka untuk bau-bauan, perabaan mereka untuk merasakan tajamnya paku yang menusuk kaki Yesus, penglihatan untuk melihat Bait Suci, dan pengecapan saat merasakan anggur Perjamuan Kudus.
Meskipun ada banyak keuntungan yang didapat melalui penggunaan indra untuk menyembah Allah, tetapi secara khusus kaum indrawi perlu mewaspadai adanya penyembahan Allah tanpa keyakinan, kecenderungan mengidolakan keindahan yang mengacu pada penyembahan berhala, dan tergelincir pada penyalahgunaan konsep penyembahan dari menyembah Allah menjadi menyembah ibadah. Sebagian orang Kristen menggunakan rangsangan indrawi sebagai alat bantu ibadah, tetapi sebaiknya tidak bergantung pada alat tersebut untuk dapat menyembah Allah.
Apakah Anda termasuk kaum indrawi?
Judul Buku : Sacred Pathways Penulis : Gary Thomas Penerbit : Katalis (cetakan kedua, Mei 2024) Bab 4 : Kaum Indrawi (20 hal)