Sebagian besar orang beranggapan bahwa harta benda adalah sesuatu yang harus dipertahankan sebagai sebuah kepemilikan pribadi, apalagi jika memiliki nilai atau nominal yang besar. Namun, sebenarnya harta benda yang kita punya bukanlah milik kita–itu adalah milik Tuhan. Maka bila Tuhan ingin memakainya untuk tujuan-Nya, siapakah kita sehingga kita mengeluh tentang sesuatu yang merupakan milik-Nya?
Mazmur 24:1 mengajarkan kepada kita bahwa Tuhanlah yang empunya segalanya, termasuk harta benda kita, pun seluruh diri kita. Sebagai pemilik, Tuhan tidak pernah membatalkan kepemilikan-Nya dan tidak pernah melepaskan hak atas semua harta milik-Nya. Tuhan itu pemilik dan kita adalah pengelola maka kita harus belajar untuk memiliki sikap mental seorang penatalayan terhadap segala aset yang Ia percayakan–bukan Dia berikan (berpindah kepemilikan).
Sebagai pengelola, berapa pun harta yang kita miliki kita tidak berhak untuk menimbun ataupun menghamburkan. Ingat, Tuhan adalah pemiliknya dan Dia berhak menetapkan ke mana hal tersebut akan disalurkan melalui pemberian kita. Semakin banyak kita memberi, semakin besar sukacita kita dalam memberi–dan semakin Tuhan disenangkan. Jangan menunggu sampai ketika kita sedang merasakan sukacita, baru kita memberi. Sukacita justru muncul ketika dan setelah tindakan memberi sebagai sebuah ketaatan dilakukan. Pemberian sebagai sebuah persembahan akan membuat seseorang mengalami kedekatan dengan Tuhan oleh karena sukacita yang dirasakan akibat dari memberi. Berilah dan lihatlah sukacita yang akan Anda dapatkan!
Judul Buku : Prinsip Harta Penulis : Randy Alcorn Penerbit : Katalis (Mei, 2013) Bab 2 : Sukacita Melimpah (15 hal)
